Foto dalam ruang sidang ini, diabadikan oleh Alif, anak saya. Dia menemaniku datang ke sidang di Pengadilan Negeri Samarinda. Bukan perkara dia ingin menyaksikan sidang semata, tapi karena memang dia lagi sendiri. Tak ada yang menemaninya. Neneknya yang kerap bersama dia, sedang di luar kota. Ini kali pertama dia datang langsung melihat jalannya persidangan. Yang terekam dalam memorinya selama ini, hanya “Al-Quran” dan “sumpah”, hal yang sering dia lihat saat saya sedang sidang online dari rumah.
Untuk anak seusianya, ada 2 kesan yang dia dapat. Pertama, molor. Sidang yang dijadwalkan jam 2 siang, justru baru dimulai tepat jam 4 sore. Tentu membuatnya bete tingkat dewa. Pertanyaan kenapa sidangnya belum dimulai, bertubi-tubi dialamatkan ke saya. Dan bisa ditebak, saya tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Saya hanya bilang, pengadilan kurang bagus mengatur jadwal sidang. Mungkin juga lagi banyak antrian perkara, sementara hakimnya sedikit.
Kedua, debat. Dia mengamati ada debat segitiga yang berlangsung antara 2 kutub pengacara dengan ayahnya. Tidak heran selepas sidang dia tiba-tiba menodongkan pertanyaan, kenapa ayah marah-marah tadi? Ha..ha.. suara yang meninggi 2 oktaf dari biasanya, hal yang lumrah dalam ruang sidang, jawabku dalam hati. Itu bukan marah nak. Suara ayah aja yang agak dikerasin volumenya, biar seisi ruangan mendengar dengan baik.
Yang pasti, demi menemani saya bersidang, dia harus merelakan jadwal latihan rutin di SSB-nya sore hari ini terlewatkan. Kalau saja sidangnya tidak molor, dia tetap bisa berlatih seperti biasa. Walhasil, dia menuntut kompensasi penuh akibat kerugian yang dia derita. Jadilah kami mampir mencari jersey di toko langganan. Sayangnya, sesampai di rumah, jersey yang dia beli, jauh berbeda dari yang dia harapkan. Jersey-nya tertukar! Paripurna deritanya. Kali ini, ayahnya yang justru dia sidang!!!
Berita mengenai sidang ini dapat dibaca melalui link berikut ini : Tribun Kaltim.
Leave a Reply