Tepat dihari minggu, 14 Februari 2013, dewan pemilihan umum Venezuela mengumumkan kemenangan Nicolas Maduro pada pemilihan umum presiden Venezuela. Maduro menang tipis atas pemimpin oposisi Henrique Capriles, dengan perbandingan suara 50,66 persen untuk Maduro dan 49,1 persen untuk Capriles.
Kemenangan Maduro tersebut, tentu saja memberikan bukti bahwa Rakyat Venezuela masih setia terhadap jalan revolusi sosialis yang dicetuskan oleh Almarhum Hugo Chavez yang diwarisi oleh sosok Maduro. Pasca kematian Chavez, energi revolusi seakan berpindah ketangan Maduro. Sosok Maduro dianggap sebagai figur tepat untuk menggantikan peran Chavez selama ini.
Siapa Maduro?
Nicolas Maduro Moros, demikian nama lengkap sosok yang lahir pada tanggal 23 November Tahun 1962 ini. Maduro berkenalan dengan dunia politik ketika menjadi anggota serikat semasa SMA. Selepas SMA, Maduro bekerja sebagai supir bus selama bertahun-tahun. Ia kemudian memimpin serikat pekerja supir bus dan menjadi perwakilan dalam Caracas Metro System.
Maduro dikenal sebagai salah seorang loyalis yang mendampingi Chavez, bahkan sejak saat percobaan kudeta yang gagal ditahun 1992. Pada tahun 2000, Maduro terpilih sebagai anggota Majelis Nasional Venezuela, dan pada tahun 2006 diangkat sebagai Menteri Luar Negeri Venezuela sebelum akhirnya terpilih sebagai wakil presiden mendampingi Chavez pada tahun 2012.
Transformasi Energi
Pasca kematian Chavez, program-program revolusi sosialis yang telah berjalan, memang menghadapi ujian hidup mati. Betapa tidak, disamping persoalan keraguan akan regenerasi akibat sosok Chavez yang begitu sangat kuat dan popular dimata rakyat, mereka yang diwarisi gerakan revolusi ini juga harus vis a vis dengan kelompok oposisi yang selama ini rajin mengkritik Chavez dengan serangan propaganda “kampanye perubahan”.
Kelompok oposisi yang dimotori oleh Capriles, menyebut era Chavez sebagai era kemunduran dengan berbagai argumen pembenaran. Jika melihat presentase suara pada pemilu kali ini dibandingkan pemilu dibulan oktober tahun 2012 yang lalu, memang terjadi peningkatan jumlah suara untuk kubu oposisi. Namun ini bukan berarti Maduro gagal bertransformasi sebagai pewaris gerakan revolusi sosialis Chavez.
Justru inilah yang menjadi tantangan besar bagi Maduro. Energi revolusi yang telah ditancapkan oleh Chavez selama bertahun-tahun, seharusnya ditransformasikan menjadi energi positif revolusi di bawah kepemimpinan Maduro kini. Revolusi sosialis harus dimaknai sebagai sebuh gerakan yang berbasis kepentingan bersama, bukan sebagai pernyataan individu yang seakan melekat dalam diri Chavez selama ini. Dengan demikian, maka perjuangan akan sosialisme akan lahir dan menemukannya jalannya sendiri, tanpa peduli siapapun pemimpinnya.
Solidaritas Tanpa Batas
Masa depan revolusi sosialis di Venezuela, tentu saja bukan tugas dan tanggung jawab Maduro dan Rakyat Venezuela semata. Namun menjadi beban dan kewajiban yang harus kita pikul bersama, tanpa terkecuali. Ujian revolusi sosialis Venezuela di bawah pemerintahan Maduro, adalah ujian bagi semua.
Ya, titik dimana solidaritas tanpa batas kini sedang dibutuhkan. Solidaritas tanpa batas diantara Negara-negara dunia ketiga untuk berjuang melawan persekutuan jahat kapitalisme, sistem yang selama ini memiskinkan dan merampas kesejahteraan rakyat. Solidaritas tanpa batas yang harus diarahkan untuk membangun dunia baru yang lebih baik di bawah panji-panji sosialisme.
Seperti kata Chavez, “Saya yakin bahwa cara untuk membangun dunia baru dan lebih baik, bukan dengan kapitalisme. Kapitalisme hanya membawa kita langsung ke Neraka. Saya yakin bahwa jalan menuju dunia baru yang lebih baik adalah dengan jalan sosialisme”.
Selamat bekerja Maduro, Presidente de Venezuela.
Bibi says
Venezuela memang penuh tantangan..
Herdiansyah Hamzah says
Benar, dan seharusnya tantangan ini yang membuat kelanjutan gerakan revolusi Venezuela di bawah Maduro makin kuat. Namun tentu saja berbagai lubang kelemahan selama ini harus ditutup selekasnya.